Setelah berpuluh-puluh tahun mengatur sistem pendidikan ternyata tidak membuat pemerintah kita semakin pandai. Setelah diterapkannya sistem baru Penerimaan Siswa Baru (PSB) ternyata pada akhirnya justru semakin membuat siswa-siswi dengan nilai Ujian Nasional (Unas) yang tinggi menjadi tersisihkan. Bahkan beberapa hari sebelumnya Chubby sempat membaca adanya sekolah negeri di Semarang yang menarik biaya uang masuk sebesar Rp. 30.000.000,-/siswa. What's going on here? Semua orang tahu masyarakat memilih sekolah negeri selain karena mutu tapi terutamanya juga karena biaya pendidikan yang lebih murah. Kalau biaya pendidikan sebesar itu langsung kuliah saja. Tidak masuk akal bagaimana mungkin biaya masuk SMU besarnya sama dengan biaya masuk kuliah di perguruan tinggi swasta jalur umum bahkan di beberapa perguruan tinggi swasta biaya masuknya saja tidak semahal itu. Bagaimana masyarakat kita mau pandai kalau bidang pendidikan untuk generasi muda kita saja tidak didukung sepenuhnya?
Di bawah ini adalah quote dari artikel Opini dari koran JawaPos. Tidak menyangka bahwa seorang siswa dengan nilai Unas tinggi tidak mampu mendapatkan sekolah yang memadai untuk mengasah ilmunya. Bagaimana mungkin seorang siswa bisa lebih berkembang kalau memasuk sekolah yang bermutu saja ditolak hanya karena alasan wilayah?
Sistem pembagian wilayah ini sangatlah merugikan para siswa yang berprestasi. Kalau sistem ini diterapkan secara berkelanjutan otomatis sekolah yang berprestasi akan menurun karena dibatasi peraturan wilayah dan bakat-bakat dari siswa yang berprestasi tidak akan dikembangkan maksimal. Jangan dikira seorang guru tidak bisa mengalami penurunan kualitas dan semangat mengajar kalau kualitas siswanya menurun. Bayangkan saja kalo mengajar murid yang pandai dan yang bodoh manakah yang membuat lebih terpacu untuk menjadi lebih baik? Sedangkan sebagai seorang siswa apakah tidak kecewa kalau sekolah tidak mampu untuk menunjang bakat dan minat siswa?
Chubby kira salah satu motif sistem PSB berdasarkan wilayah ini sebenarnya mau pemerataan kualitas biar tidak sekolah-sekolah tertentu saja yang mendapatkan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai bisa berkesempatan masuk ke sekolah-sekolah bermutu. Tapi di sisi lain hal ini beresiko membunuh sekolah-sekolah unggulan dan siswa-siswa yang berkemampuan. Tidak semua sekolah mampu mendukung siswa dengan intelektualitas lebih dan tidak semua siswa dengan intelektualitas terbatas akan menjadi lebih pandai dengan dipaksa masuk ke sekolah unggulan. Menurut Chubby masalah ini ini sama dengan halnya ingin agar semua pihak bisa mendapatkan air layak minum tapi yang air layak minum yang tersedia hanya cukup untuk sebagian dan sebagiannya lagi masih belum layak minum kemudian akhirnya diambil keputusan untuk mencampurkan air yang layak minum dan yang belum layak minum biar adil. Nah, akhirnya semua air jadi tidak layak minum kan kalau begini.
Di bawah ini adalah quote dari artikel Opini dari koran JawaPos. Tidak menyangka bahwa seorang siswa dengan nilai Unas tinggi tidak mampu mendapatkan sekolah yang memadai untuk mengasah ilmunya. Bagaimana mungkin seorang siswa bisa lebih berkembang kalau memasuk sekolah yang bermutu saja ditolak hanya karena alasan wilayah?
[ Senin, 30 Juni 2008 ]Nilai Unas Tinggi, Gagal Masuk PSBSaya memiliki anak asuh dari Bojonegoro, lulusan SMP pada 2007 dengan hasil unas 23,73 untuk tiga mata pelajaran. Rata-rata hampir delapan (nilai matematika 9,33). Rencananya, tahun ini saya sekolahkan ke SMKN. Sayang sekali, dia gagal mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Surabaya.
Kalau melihat hasil rekomendasi calon siswa SMK tahun lalu, yang hanya diterima 29 murid di antara total pagu luar kota 977, anak asuh saya kalah dengan mereka yang nilai unasnya rata-rata kurang dari 5. Kebijakan Surabaya membuat perbandingan nilai SKHUN : skor wilayah = 40 : 60 mengakibatkan kondisi itu bisa terjadi. Sebagai kompetisi untuk mencari tempat belajar, kebijakan tersebut sangat tidak menghargai intelektualitas siswa. Bagaimana Dinas Pendidikan Surabaya?
M. Setyo Pramono, Jl Ikan Lumba Lumba 26, Surabaya
Dikutip dari JawaPos
Sistem pembagian wilayah ini sangatlah merugikan para siswa yang berprestasi. Kalau sistem ini diterapkan secara berkelanjutan otomatis sekolah yang berprestasi akan menurun karena dibatasi peraturan wilayah dan bakat-bakat dari siswa yang berprestasi tidak akan dikembangkan maksimal. Jangan dikira seorang guru tidak bisa mengalami penurunan kualitas dan semangat mengajar kalau kualitas siswanya menurun. Bayangkan saja kalo mengajar murid yang pandai dan yang bodoh manakah yang membuat lebih terpacu untuk menjadi lebih baik? Sedangkan sebagai seorang siswa apakah tidak kecewa kalau sekolah tidak mampu untuk menunjang bakat dan minat siswa?
Chubby kira salah satu motif sistem PSB berdasarkan wilayah ini sebenarnya mau pemerataan kualitas biar tidak sekolah-sekolah tertentu saja yang mendapatkan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai bisa berkesempatan masuk ke sekolah-sekolah bermutu. Tapi di sisi lain hal ini beresiko membunuh sekolah-sekolah unggulan dan siswa-siswa yang berkemampuan. Tidak semua sekolah mampu mendukung siswa dengan intelektualitas lebih dan tidak semua siswa dengan intelektualitas terbatas akan menjadi lebih pandai dengan dipaksa masuk ke sekolah unggulan. Menurut Chubby masalah ini ini sama dengan halnya ingin agar semua pihak bisa mendapatkan air layak minum tapi yang air layak minum yang tersedia hanya cukup untuk sebagian dan sebagiannya lagi masih belum layak minum kemudian akhirnya diambil keputusan untuk mencampurkan air yang layak minum dan yang belum layak minum biar adil. Nah, akhirnya semua air jadi tidak layak minum kan kalau begini.
No comments:
Post a Comment